Berikut adalah penjelasan detail mengenai perbedaan Discovery Learning dan Problem Based Learning (PBL)
Perbedaan Mendalam antara Discovery Learning dan Problem Based Learning (PBL)
1. Discovery Learning (DL): Fokus pada Penemuan Konsep
Discovery Learning (DL) adalah metode pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek aktif yang berupaya menemukan konsep, prinsip, atau generalisasi dari suatu materi atau fenomena. Proses pembelajaran ini didominasi oleh alur berpikir induktif, yaitu bergerak dari data spesifik menuju kesimpulan umum.
Peran dan Proses:
Dalam DL, guru berfungsi sebagai fasilitator yang menyediakan stimulasi, data mentah, atau rangkaian percobaan. Siswa kemudian didorong untuk melakukan observasi, pengumpulan data, dan pengolahan data secara mandiri atau berkelompok kecil. Titik kritis dalam DL adalah fase Pembuktian (Verification), di mana siswa membandingkan hasil temuannya dengan teori yang ada atau hasil pengamatan teman lain untuk memastikan kebenaran konsep yang mereka rumuskan.
Tujuan dan Hasil Belajar:
Tujuan utama DL adalah melatih keterampilan berpikir kritis, kemandirian belajar, dan keterampilan proses sains. Dengan menemukan konsep secara mandiri, pemahaman siswa terhadap materi diharapkan menjadi lebih mendalam dan retensi informasinya lebih kuat.
Contoh:
Dalam pelajaran Fisika, siswa diberi berbagai benda dengan massa dan volume berbeda, lalu diminta mencelupkannya ke air. Melalui pengamatan berulang dan pengolahan data, mereka diharapkan menemukan sendiri konsep massa jenis dan prinsip hukum Archimedes (mengapa benda tenggelam atau terapung).
2. Problem Based Learning (PBL): Fokus pada Pemecahan Masalah Nyata
Problem Based Learning (PBL) adalah metode yang berpusat pada pemecahan masalah otentik, kompleks, dan kontekstual yang diambil dari kehidupan nyata. Proses PBL lebih menekankan pada aplikasi pengetahuan dan pengembangan keterampilan kerja tim, komunikasi, dan berpikir tingkat tinggi (HOTS).
Peran dan Proses:
Pembelajaran dimulai ketika guru menyajikan masalah nyata yang tidak terstruktur (misalnya, isu sampah di sekolah, atau perencanaan kegiatan amal).
Siswa kemudian membentuk kelompok, menganalisis masalah, dan mengidentifikasi apa yang perlu mereka pelajari (need to know) untuk menemukan solusi yang valid. Proses ini bersifat siklus: menganalisis masalah, merumuskan tujuan belajar, mencari sumber, mengaplikasikan pengetahuan, dan menyajikan solusi. Keterlibatan aktif siswa dalam penyelidikan mendalam (investigasi) adalah kunci dalam PBL.
Tujuan dan Hasil Belajar:
PBL bertujuan mengembangkan kemampuan pemecahan masalah kompleks, kolaborasi, inisiatif, dan komunikasi (karena hasil akhir harus dipresentasikan sebagai solusi). Siswa tidak hanya mencari jawaban, tetapi juga belajar mengelola proses, sumber daya, dan kerja tim dalam menghadapi tantangan dunia nyata.
Contoh:
Siswa dihadapkan pada masalah tingginya kasus bullying di sekolah. Mereka harus melakukan riset, mengidentifikasi akar masalah, mencari teori psikologi, merumuskan program pencegahan (solusi), dan mempresentasikan rencana aksi tersebut kepada pihak sekolah.
Perbedaan Kunci dan Kesimpulan
Perbedaan mendasar antara keduanya terletak pada fokus dan sifat masalah:
| Aspek | Discovery Learning | Problem Based Learning |
| Fokus Inti | Menemukan Konsep/Prinsip Akademik. | Menemukan Solusi untuk Masalah Nyata. |
| Sifat Masalah | Lebih Akademis/Konseptual. | Lebih Kontekstual/Kehidupan Nyata. |
| Alur Berpikir | Induktif (Spesifik ke Umum). | Aplikatif dan Siklus. |
Secara ringkas, jika Discovery Learning menuntut siswa untuk menjawab pertanyaan "Apa konsep di balik fenomena ini?", maka Problem Based Learning menuntut siswa untuk menjawab pertanyaan "Bagaimana kita bisa memecahkan masalah nyata ini menggunakan pengetahuan yang kita miliki?". Kedua metode ini sama-sama mendorong pembelajaran yang berpusat pada siswa dan sangat relevan dalam implementasi kurikulum modern.

