Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah ,kita bisa kembali lagi dalam PJJ/DARING,Mata pelajaran IPS Kelas 8F-8K,bersama Pa Muhtadin,mudah mudahan kita semua selalu dalam lindunganNYA...aamiin🤲
Anak anak, pada Minggu ini kita akan kembali melanjutkan pembelajaran materi selanjutnya,yaitu materi Bab.2.PENGARUH INTERAKSI SOSIAL TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL DAN KEBANGSAAN.
Sub materi yg kita akan bahas pada pertemuan hari ini adalah:
A.Mobilitas Sosial.
Anak anak,sebelum kalian memulai mengakses pembelajaran,seperti biasa kalian berdoa dulu dan mengisi absen kehadiran lewat link.
A. MOBILITAS SOSIAL
1. Pengertian Mobilitas Sosial
Perhatikan cerita keberhasilan Mas’oed di atas. Apabila kondisi
ekonomi keluargamu sama dengan Mas’oed, mudah-mudahan kisah Mas’oed dapat
menginspirasi. Seandainya kalian saat ini lebih baik kondisinya dibandingkan
saat Mas’oed di SMP, kalian tentu harus jauh lebih sukses dari Mas’oed. Kisah
keberhasilan Mas’oed pada teks di atas merupakan salah satu contoh mobilitas
sosial.
Pernahkah kalian memikirkan bagaimana seseorang dapat menjadi direktur perusahaan ?
Apakah kalian pernah bercita-cita menjadi direktur perusahaan ? Apakah staf
atau bawahan direktur perusahaan dapat menjadi direktur. Menjadi
direktur perusahaan itu tidak mudah. Ada beragam cara untuk menjadi
seorang direktur. Salah satu cara yang paling mudah adalah merintis karier
sebagai karyawan biasa, menjalankan tugas dan tanggung jawab
sebaik-baiknya sehingga mencapai prestasi dan promosi, dan pada akhirnya
menduduki jabatan direktur. Seorang karyawan yang berprestasi hingga
menduduki jabatan direktur merupakan contoh mobilitas sosial.
Setelah kalian memperhatikan contoh mobilitas sosial pada dua
kasus di atas, tentu kalian memiliki sejumlah pertanyaan: Apa yang
dimaksud mobilitas sosial? Mengapa terjadi mobilitas sosial? Apa saja yang
tergolong mobilitas sosial? Bagaimana keuntungan dan kerugian terjadinya
mobilitas sosial? Untuk menjawab beberapa pertanyaan tersebut, kalian
dapat menyimak penjelasan berikut ini.
Mobilitas berasal dari bahasa latin mobilis, yang berarti mudah
dipindahkan atau banyak bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain.
Kata sosial pada istilah tersebut mengandung makna seseorang atau
sekelompok warga dalam kelompok sosial. Mobilitas sosial adalah
perpindahan posisi seseorang atau sekelompok orang dari lapisan yang satu
ke lapisan yang lain. Seseorang yang mengalami perubahan kedudukan
(status) sosial dari suatu lapisan ke lapisan lain baik menjadi lebih
tinggi maupun menjadi lebih rendah dari sebelumnya atau hanya berpindah
peran tanpa mengalami perubahan kedudukan disebut mobilitas sosial.
Beberapa contoh lain mobilitas sosial dalam kehidupan masyarakat kita, misalnya seorang pensiunan pegawai rendahan salah satu departemen beralih pekerjaan menjadi seorang pengusaha dan berhasil dengan gemilang; seorang anak pengusaha ingin mengikuti jejak ayahnya yang berhasil, lalu membuka usaha lain, namun gagal dan akhirnya jatuh miskin. Dalam mobilitas sosial, selain terjadi perubahan dari strata bawah ke strata atas, juga terjadi perubahan dari strata atas ke strata bawah. Mobilitas sosial dapat berupa pergerakan sosial ke atas, tetapi juga pergerakan sosial ke bawah.
2. Bentuk-Bentuk Mobilitas Sosial
Kalian
telah mempelajari pengertian mobilitas sosial dan menemukan berbagai contoh
mobilitas sosial yang terjadi di lingkungan tempat tinggalmu. Untuk memperdalam
pemahamanmu tentang mobilitas sosial, kalian dapat mempelajari berbagai bentuk
mobilitas sosial. Berdasarkan bentuknya, mobilitas sosial dibedakan atas
mobilitas sosial vertikal dan mobilitas sosial horizontal.
Mobilitas sosial positif/naik yaitu perubahan atau dampak yang akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih baik. Mobilitas sosial negatif/turun yaitu perubahan atau dampak yang akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih buruk Untuk memahami kedua bentuk mobilitas sosial tersebut, perhatikan kasus di bawah ini !
Kasus 1
Bu Damaris Mendila adalah seorang guru di salah satu sekolah di Provinsi Papua. Sebagai guru IPS, Bu Damaris Mendila menjalankan tugas dengan baik. Bukan hanya mengajar saja, Bu Damaris Mendila juga melaksanakan administrasi dengan penuh tanggung jawab. Berbagai kegiatan sekolah yang menjadi tanggung jawabnya dilaksanakan dengan baik. Karena berbagai prestasinya, Bu Damaris Mendila diangkat menjadi kepala sekolah. Gerak sosial dari seorang guru menjadi kepala sekolah atau naik jabatan pada kasus Bu Damaris Mendila merupakan salah satu bentuk mobilitas sosial vertikal.
Kasus 2
Pak Gayus adalah seorang anak pengusaha yang memiliki usaha perkebunan teh di beberapa tempat di Jawa Barat. Pak Gayus mengembangkan usaha dengan membuka usaha baru, yakni bisnis pertambangan. Namun, usaha pertambangan Pak Gayus tidak berhasil berkembang. Bahkan usaha perkebunannya terus merugi hingga akhirnya mengalami kebangkrutan. Kini Pak Gayus memulai sebagai pengusaha kecil, yakni menjadi agen penjualan teh. Gerak sosial Pak Gayus yang mengalami penurunan pada kasus ini juga merupakan contoh mobilitas sosial vertikal.
Kasus 3.
Pak Zaenuri seorang kepala sekolah di salah satu SMP di Jawa Timur yang sudah 8 tahun menjabat. Dinas pendidikan memindahkan Pak Zaenuri ke sekolah lain dan tetap menjabat sebagai kepala sekolah. Gerak sosial yang dialami Pak Zaenuri juga merupakan contoh bentuk mobilitas sosial horizontal.
Uraian berikut ini membantumu untuk mendefinisikan pengertian mobilitas vertikal dan mobilitas horizontal.
a. Mobilitas Vertikal
Apakah yang dimaksud mobilitas sosial vertikal? Mobilitas sosial vertikal adalah perpindahan seseorang atau kelompok dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan sosial lain yang tidak sederajat, baik pindah ke tingkat yang lebih tinggi (social climbing) maupun turun ke tingkat lebih rendah (social sinking).
1) Mobilitas Vertikal ke Atas (Social Climbing)
Social climbing adalah mobilitas yang terjadi karena adanya peningkatan status atau kedudukan seseorang atau naiknya orang-orang berstatus sosial rendah ke status sosial yang lebih tinggi. Seorang karyawan yang karena prestasinya dinilai baik kemudian berhasil menduduki sebagai kepala bagian, manajer, bahkan direktur suatu perusahaan merupakan contoh mobilitas sosial jenis ini. Bentuk social climbing lain misalnya terbentuknya suatu kelompok baru yang lebih tinggi daripada lapisan sosial yang sudah ada.
Kisah Bu Damaris dalam contoh bacaan Kasus 1 merupakan contoh mobilitas sosial ke atas.
2) Mobilitas Vertikal ke Bawah (Social sinking)
Social sinking merupakan proses penurunan status atau kedudukan seseorang. Proses social sinking sering kali menimbulkan gejolak kejiwaan bagi seseorang karena ada perubahan pada hak dan kewajibannya. Contoh, seorang pegawai diturunkan pangkatnya karena melanggar aturan sehingga ia menjadi pegawai biasa. Contoh bacaan Kasus 2, yaitu kejadian yang menimpa Pak Gayus, merupakan contoh social sinking dalam kehidupan sehari-hari. Social sinking dapat terjadi karena berhalangan melaksanakan tugas, memasuki masa pensiun, turun jabatan, atau dipecat. Social sinking, merupakan pergerakan atau perubahan status sosial dari atas ke bawah.
b. Mobilitas Horizontal
Mobilitas horizontal adalah perpindahan status sosial seseorang
atau sekelompok orang dalam lapisan sosial yang sama. Mobilitas horizontal
merupakan peralihan individu atau objek-objek sosial lainnya dari suatu
kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat. Pada mobilitas
horizontal, tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan seseorang.
Contoh bacaan Kasus 3, yaitu kejadian yang menimpa Pak Zaenuri, merupakan contoh mobilitas horizontal. Pak Zaenuri pindah ke sekolah lain, namun tetap dalam jabatan sebagai kepala sekolah. Kalian dapat menemukan contoh lain mobilitas sosial horizontal di lingkungan tempat tinggalmu.
Setelah
kalian mempelajari pengertian dan contoh-contoh mobilitas vertikal dan horizontal,
kalian tentu memperoleh pelajaran penting bagaimana gerak kehidupan manusia.
Ibarat roda yang berputar, manusia tidak selamanya menduduki jabatan yang
tinggi. Karena itulah, manusia harus mampu menjaga dirinya dengan baik apabila
telah memperoleh kedudukan yang lebih tinggi. Manusia harus sadar bahwa kedudukan
tersebut merupakan amanah yang harus dijalankan dengan baik.
Bagaimana
apabila saat ini sedang berada di lapisan sosial paling bawah? Orang yang
merasa dirinya berada di lapisan paling bawah, tidak perlu berkecil hati,
asalkan tetap berusaha dengan tekun. Sikap pantang menyerah merupakan kunci
keberhasilan meraih cita-cita.
3. Faktor-Faktor Pendorong dan Penghambat Mobilitas Sosial
Kalian
mungkin bertanya, mengapa terjadi mobilitas sosial? Apakah mobilitas selalu
terjadi dalam masyarakat? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kalian perlu mempelajari
faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya mobilitas sosial.
Dalam setiap masyarakat, kecenderungan mengalami mobilitas sosial berbedabeda. Ada masyarakat yang dengan cepat dan mudah mengalami mobilitas sosial, tetapi ada pula masyarakat yang cenderung sulit mengalami mobilitas sosial.
Mengapa demikian?
Terdapat beragam faktor yang mendorong dan terjadinya mobilitas
sosial, yaitu:
a . Faktor Struktural
Kalian tentu mengenal semua presiden yang pernah memerintah Republik Indonesia, seperti Sukarno, Suharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono, dan Joko Widodo. Ketujuh tokoh Indonesia tersebut berhasil mencapai status sosial yang tinggi berkat sistem demokrasi yang berlaku dalam politik di Indonesia. Dengan sistem demokrasi, setiap warga negara Indonesia dapat mencapai status sosial berupa jabatan politik yang tinggi. Kedudukan yang tinggi bukan lagi didasarkan pada keturunan, tetapi pada kemampuan hingga kemudian dipercaya menjadi pemimpin. Rakyat biasa sebagaimana ketujuh tokoh di atas menjadi presiden bukan karena mereka keturunan presiden, tetapi dipilih oleh rakyat. Hal ini tentu berbeda dengan sistem pemerintahan kerajaan di mana pengganti raja adalah keturunan sang raja sendiri.
Struktur
masyarakat Indonesia sangat terbuka. Orang miskin dapat mengalami mobilitas
sosial setinggi-tingginya, bahkan menjadi presiden. Apabila kalian merupakan
anak dari keluarga kurang mampu, jangan berkecil hati. Banyak contoh tokoh
Indonesia yang berasal dari keluarga miskin.
Kalian tetap dapat mengejar cita-cita setinggi-tingginya karena mobilitas sosial masyarakat Indonesia bukan berdasarkan keturunan melainkan prestasi. Memang keturunan memiliki peran penting dalam perjuangan mobilitas sosial. Anak orang kaya mudah untuk memperoleh modal usaha dibandingkan anak orang miskin. Namun, pada masa sekarang, banyak orang miskin yang menjadi kaya karena kegigihannya dalam berusaha. Demikian halnya banyak kasus orang kaya tiba-tiba miskin karena terlena dengan kekayaannya, lantas menjadi santai menjalani hidup.
b. Faktor Individu
Setiap individu memiliki perbedaan dalam hal sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dua orang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang relative setara belum tentu menjadi berhasil dalam melaksanakan mobilitas sosial ke atas. Hal ini disebabkan keberhasilan individu sangat ditentukan sikap dan perilaku individu tersebut. Sebagai contoh, dua orang sarjana dari perguruan tinggi yang sama-sama melamar pekerjaan di suatu perusahaan. Hanya satu orang yang diterima karena dianggap memiliki ambisi dan komitmen dalam hidup. Kalian dapat menemukan berbagai contoh perbedaan individu orang-orang di sekitar tempat tinggalmu, yang memengaruhi peluang mereka mengalami mobilitas sosial ke atas.
c. Faktor Sosial
Setiap perjuangan diawali dari ketidakpuasan. Ketidakpuasan akan status sosial mendorong manusia untuk terus berjuang segigih-gigihnya. Setiap manusia dilahirkan dalam status sosial yang dimiliki oleh orangtuanya. Saat ia dilahirkan, tidak ada satu manusia pun yang dapat memilih status. Apabila ia tidak puas dengan kedudukan yang diwariskan oleh orangtuanya, ia dapat mencari kedudukannya sendiri di lapisan sosial yang lebih tinggi.
Kalian tentu juga ingin meningkatkan status sosialmu. Orangtuamu juga selalu berpesan supaya kalian belajar giat. Mereka berharap, suatu saat kalian lebih berhasil dari orangtuamu.
d. Faktor Ekonomi
Keadaan ekonomi dapat menjadi pendorong terjadinya mobilitas
sosial. Keadaan ekonomi yang baik memudahkan individu dan kelompok melakukan mobilitas
sosial. Kalian dapat memperhatikan berbagai fenomena masyarakat di sekeliling
kita. Masyarakat yang kondisi ekonominya baik, cenderung lebih mudah melakukan
mobilitas sosial. Dengan kondisi ekonomi yang baik mereka
mudah untuk memperoleh modal, pendidikan, dan kesempatan lainnya. Hal ini tentu berbeda dengan masyarakat yang mengalami kesulitan ekonomi atau bahkan kesulitan memenuhi kebutuhan dasarnya. Pada masyarakat yang mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan dasar, prioritas utama adalah pemenuhan kebutuhan primer.
e. Faktor Politik
Bangsa Indonesia patut bersyukur karena memiliki stabilitas
politik yang baik. Kondisi negara aman dan damai sehingga para pemimpin dapat
menjalankan roda pembangunan dengan baik. Semua rakyat
berperan aktif dalam pembangunan. Kondisi ini tentu berbeda dengan
situasi Indonesia pada tahun 1945-1950. Pada masa tersebut, situasi politik dalam
negeri tidak menentu.
Belanda masih berusaha menguasai Indonesia sehingga memilih perang baru. Beberapa pemberontakan juga terjadi, yang membuat pemerintah lebih sibuk mengurus keamanan negara daripada meningkatkan perekonomian. Hal ini jelas memengaruhi mobilitas sosial warga negara.
f. Kemudahan dalam Akses Pendidikan
Jika pendidikan berkualitas mudah didapat, tentu mudah juga bagi
orang untuk melakukan pergerakan/mobilitas dengan berbekal ilmu yang
diperolehnya. Sebaliknya, kesulitan dalam mengakses pendidikan yang bermutu
menjadikan orang tak menjalani pendidikan yang bagus, serta sulit untuk
mengubah status karena kurangnya penguasaan ilmu pengetahuan.
Pada zaman penjajahan, pendidikan sulit didapat bangsa Indonesia.
Akibatnya, masyarakat terkungkung dalam kebodohan. Jangankan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi, membaca saja sebagian besar rakyat Indonesia tidak bisa.
Penduduk Indonesia yang dapat membaca dan menulis pada akhir masa penjajahan
Jepang tidak lebih dari 10%. Kalian dapat memperkirakan, pada masa penjajahan
Belanda, jumlah buta huruf di Indonesia tentu jauh lebih besar.
Bagaimana dengan pendidikan di Indonesia pada masa sekarang?
Kalian patut bersyukur karena rakyat Indonesia memiliki kesempatan yang sama
dalam mengakses pendidikan. Apabila kalian
menginginkan pendidikan setinggitingginya, negara telah
menyediakan berbagai kemudahan. Untuk Pendidikan SD dan SMP, negara telah
membebaskan biaya dasar pendidikan. Walaupun demikian, tentu bukan pendidikan
gratis. Sebab, kalau ingin mutu sekolah semakin baik, tentu diperlukan biaya
yang tinggi juga. Untuk pendidikan tingkat menengah, beberapa daerah juga telah
membebaskan biaya pendidikan. Apabila masih terjadi kesulitan, pemerintah dan
swasta memberikan banyak beasiswa.
Bagaimana dengan pendidikan di perguruan tinggi? Selain berbagai
beasiswa yang diberikan kepada mahasiswa berprestasi dan mahasiswa miskin
selama menempuh pendidikan, pemerintah juga menyediakan beasiswa yang diberikan
pada saat mahasiswa mendaftar di perguruan tinggi. Beasiswa yang diluncurkan sejak
masa Presiden Susilo Bambang Yudoyono tersebut bernama BIDIKMISI (Biaya
Pendidikan Mahasiswa Miskin Berprestasi). Apabila merasa berasal dari keluarga
kurang mampu, kalian dapat mendaftarkan diri di perguruan tinggi dengan
dukungan beasiswa BIDIKMISI. Semua biaya kuliah dan biaya hidup selama studi
akan ditanggung negara.
Selain memahami berbagai faktor yang mendorong terjadinya mobilitas sosial, kalian juga perlu memahami berbagai faktor penghambat mobilitas sosial. Beberapa faktor pendorong terjadinya mobilitas sosial yang telah kalian pelajari di atas pada dasarnya juga merupakan faktor penghambat mobilitas sosial apabila kondisinya dibalik. Sebagai contoh, pendidikan akan menjadi pendorong mobilitas sosial apabila sistem pendidikan bersifat terbuka masih seperti di Indonesia pada masa sekarang. Apabila sistem pendidikan seperti pada masa penjajahan, mobilitas sosial masyarakat pasti terhambat.
Beberapa faktor penghambat mobilitas sosial adalah sebagai berikut.
a. Kemiskinan
Faktor ekonomi dapat membatasi mobilitas sosial. Bagi masyarakat
miskin, mencapai status sosial tertentu merupakan hal sangat sulit. Salah satu
penyebab kemiskinan adalah pendidikan yang rendah. Masyarakat yang
berpendidikan rendah berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia.
Akibatnya, tingkat kemudahan untuk mendapatkan pekerjaan terbatas.
Saat ini, negara Indonesia masih memiliki penduduk miskin ± 12%. Hal ini menjadi hambatan dalam mobilitas sosial. Karena itulah, pemerintah berusaha mengurangi kemiskinan tersebut dengan berbagai cara. Dengan hilangnya kemiskinan, dengan sendirinya masyarakat akan mudah mengakses berbagai fasilitas dasar dan memudahkan mobilitas.
b. Diskriminasi
Diskriminasi berarti pembedaan perlakuan karena alasan perbedaan
bang, suku, ras, agama, golongan. Pada masa penjajahan, terjadi diskriminasi
pemerintah Hindia Belanda terhadap masyarakat keturunan Eropa dan masyarakat
Indonesia. Dalam memperoleh pendidikan, masyarakat Indonesia disediakan sekolah
yang kualitasnya berbeda dengan sekolah-sekolah untuk orang-orang Eropa. Hal
ini tentu mempersulit mobilitas sosial rakyat Indonesia.