A. Perilaku Rendah Hati (Tawadu')
Di
dalam Q.S Al Furqan ayat 63 ini Allah mengajarkan agar kita memiliki sifat
rendah hati. Sifat rendah hati ini harus diwujudkan dalam setiap perilaku kita,
baik terhadap diri kita sendiri, terhadap Allah Swt, maupun terhadap orangorang
jahil yang menyapa kita. Seorang muslim yang memiliki sifat rendah hati akan
mendapatkan keridaan Allah Swt baik di dunia maupun di akhirat.
Rendah
hati disebut juga dengan tawadu'. Pengertian tawadu' adalah sikap diri yang tidak
merasa lebih dari orang lain. Orang yang tawadu' berkeyakinan bahwa semua kelebihan yang ada
dalam dirinya sematamata merupakan karunia dari Allah Swt. Dengan keyakinan
yang demikian dia merasa bahwa tidak sepantasnya kalau kelebihan yang dimiliki
itu dibangga-banggakan. Sebaliknya segala kelebihan yang dimiliki itu diterima sebagai
sebuah nikmat yang harus disyukuri.
Sikap
rendah hati dapat terlihat pada saat mereka berjalan. Dari sini akan terlihat
sifat dan sikap kesederhanaan, jauh dari keangkuhan, langkahnya mantap, dan
tampil dengan jati diri yang dimilikinya. Orang yang rendah hati tidak suka
meniru-niru gaya orang lain. Apalagi gaya orang itu tidak sesuai dengan ajaran
Islam. Orang yang rendah hati ingin tampil sesuai jati diri dan trah manusia. Orang yang
rendah hati selalu ingin menjadi dirinya sendiri sesuai ajaran Allah Swt. Lawan
kata dari rendah hati adalah tinggi hati, sombong, takabur, atau angkuh.
Pernahkah kamu melihat orang yang berjalan dengan dengan penuh kesombongan dan
besar kepala
Sungguh orang semacam itu tidak sedap dipandang mata. ika kita melakukan hal itu,
orang lain juga tidak senang dengan penampilan kita itu. Allah Swt juga sangat
melarang manusia berjalan dengan kesombongan. Firman Allah Swt dalam Q.S. al- Isrā’/17 ayat 37 :
Artinya : “Dan janganlah engkau
berjalan di bumi ini dengan sombong...”.
(Q.S. al-Isrā’/17 : 37)
Allah Swt melarang keras manusia
memiliki sifat sombong. Hanya Allah Swt sajalah yang berhak untuk sombong.
Semua makhluk temasuk manusia tidak boleh sombong atau angkuh. Tahukah kalian
bahwa Allah sangat murka kepada setan karena keangkuhannya. Pada waktu
itu Allah Swt perintahkan setan untuk meghormati dan menghargai Adam a.s. Namun,
mereka dengan sombongnya menolak dan menyatakan bahwa mereka lebih baik dan
lebih mulia derajatnya dibanding Adam as. Setan merasa bahwa dirinya yang
diciptakan dari api itu jauh lebih mulia, sedangkan Adam a.s hanya diciptakan
dari tanah.
Nabi
Muhammad saw. berpesan agar kita senantiasa menghiasi diri kita dengan sifat tawadu’
(rendah
hati)
dan menjauhkan dari sifat sombong. Sebagai pelajar, pesan Nabi
Muhammad saw. ini dapat kalian terapkan mulai dari hal yang sederhana.
Misalnya, ketika sedang mendapatkan pelajaran di kelas Demikian pula kepada
kedua orang tua, seorang anak harus bersikap tawadu’ kepada mereka. Dengarkanlah
nasihatnasihatnya.
Kalian tidak boleh bersikap sombong sedikit pun kepada mereka, misalnya merasa lebih pandai dari orang tua atau menganggap mereka ketinggalan zaman. Orang yang rendah hati itu derajatnya akan dinaikkan oleh Allah Swt. Sebaliknya, orang yang tinggi hati malah derajatnya akan diturunkan oleh Allah Swt. Perhatikan nasihat Rasulullah kepada para sahabat berikut ini :
B. Perilaku Hemat dan Sederhana
Q.S. al-Isrā’ayat 27 diturunkan Allah Swt dalam
rangka menjelaskan gaya hidup kaum Jahiliyyah
yang salah. Kaum Jahiliyyah adalah
bangsa Arab sebelum mendapatkan pencerahan cahaya Islam. Mereka suka
sekali berfoya-foya. Mereka beranggapan bahwa derajat, kemasyhuran, dan
kehormatan dapat dilihat dari kemampuannya dalam berfoya-foya dan
menghamburhamburkan hartanya untuk berpesta pora.
Dalam ayat ini Allah Swt menegaskan
bahwa berfoya-foya serta menghambur-hamburkan harta itu adalah pemborosan yang
merupakan bagian dari perbuatan setan. Dengan demikian, sudah jelas bahwa tindakan
semacam ini sangat dilarang oleh Allah Swt. Sebaliknya, Allah mengajarkan kita
agar bisa hidup hemat, sederhana, dan peduli kepada orang lain dengan cara suka
berderma. Dengan tindakan mulia seperti ini, harta yang kita miliki akan
menjadi lebih bermakna bagi diri kita sendiri dan bermanfaat bagi orang lain di
sekitar kita. Sungguh indah ajaran Islam.
Oleh karena itu, mari kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Kita dapat menerapkan pola hidup hemat mulai dari hal-hal yang sederhana dan mudah, seperti hemat dalam menggunakan air dan listrik. Tampaknya kedua hal ini sangat sepele, tetapi dampaknya sangat luar biasa. Boros listrik dapat mengakibatkan krisis energi, sedangkan boros air dapat mengakibatkan krisis air. Sungguh kehidupan kita menjadi sangat terganggu jika di negeri kita ini mengalami krisis energi dan air. Kita dapat menghemat penggunaan listrik dengan cara menggunakan seperlunya, dan mematikannya pada saat tidak diperlukan. Kita dapat melakukan penghematan air dengan cara menggunakan air secukupnya dan hemat pada saat kita sedang wudhu , mandi, cuci tangan, mencuci pakaian, dan sebagainya.
Bukankah wudhu itu merupakan ibadah ? Mengapa harus berhemat air ?
Ternyata pelajaran menghemat air ini
sudah diajarkan oleh Rasulullah saw. Perhatikan kisah berikut ini :
Teladan
Rasulullah dalam berhemat dan mencintai lingkungan ini sungguh luar biasa. Bila
kita dapat meneladaninya, insya Allah lingkungan ini akan menjadi lestari dan
terjaga. Dengan demikian manusia yang menghuni bumi ini juga akan merasa lebih
nyaman karena sikapnya yang ramah terhadap lingkungan.
Contoh
lain untuk melatih hidup hemat adalah dengan rajin menabung mulai sekarang.
Dengan menabung kita akan mempunyai tata kelola yang baik dalam mengatur
kondisi keuangan. Di samping itu, menabung dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan
di masa mendatang. Dampak positif lainnya adalah berhemat sebagai antisipasi
ketika kita membutuhkan biaya yang mendadak atau lumayan besar. Jika terjadi
hal yang demikian, kita tidak perlu berhutang dan tidak dilanda rasa gelisah.
Bukankah perilaku hemat dan hidup sederhana akan membantu dan meringankan kita
di masa depan. Nah, jika sudah tahu akan
pentingnya hidup hemat dan sederhana, langkah terbaik kita adalah segera
menerapkan perilaku tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Di
samping memberi contoh sifat hemat, Rasulullah Saw juga memberikan teladan agar
kita menjalani hidup dengan kesederhanaan. Rasulullah bukan seorang yang
miskin, namun beliau menjalani kehidupan dengan penuh kesederhanaan. Pernyataan
ini sesuai dengan Hadis berikut :
Artinya : “Dari Abu Umamah ia berkata, “Pada
suatu hari di sisinya, sahabat Rasulullah saw. memperbincangkan tentang dunia,
maka Rasulullah bersabda: Tidakkah
kalian mendengar ? Tidakkah kalian mendengar ? Sesungguhnya sederhana dalam berpakaian adalah bagian dari
iman. Sesungguhnya sederhana dalam berpakaian adalah bagian dari iman.”
Maksudnya adalah berpakaian apa adanya dan pantas. (H.R. Abu Dawud).