PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA

PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA

Author:
Price:

Read more

 Terdapat dua cara mempertahankan kemerdekaan yaitu : 

1. Perjuangan Fisik

2. Perjuangan diplomasi

a. Perjuangan Fisik

1. Insiden Hotel Yamato di Surabaya



Aksi ini berlangsung pada malam hari, 19 September 1945 atau sehari setelah kedatangan pasukan Sekutu dan Belanda yang tergabung dalam aliansi (Allied Forces Netherlands East Indies). Mereka menempati Hotel Yamoto di Jalan Tanjungan No. 56 tanpa adanya izin dari karesidenan Surabaya, bahkan juga mengibarkan bendera Belanda.

Melihat kondisi tersebut, keesokan harinya warga Surabaya memenuhi Hotel Yamoto dan mengecam tindakan Belanda tersebut karena dinilai telah menghina kemerdekaan Indonesia. Mewakili Residen Surabaya, Sudirman bersama Sidik dan Hariyono memasuki Hotel Yamoto untuk meminta Ploegman (Pimpinan AFNEI) untuk menurunkan bendera. Namun, permintaan tersebut ditolak dan memicu perkelahian  yang menimbulkan korban jiwa. Beberapa pemuda naik ke  lantai atas Hotel Yamato dan menurunkan Bendera Belanda ( Merah-putih biru)  merobek bagian dan biru serta mengibarkan lagi menjadi merah putih.  Pada peristiwa tersebut  Ploegman dan Sidik Terbunuhsedangkan Sudirman dan Hariyono berhasil meloloskan diri.

2. Pertempuran Surabaya





Pertempuran Surabaya - Pada tanggal 25 Oktober 1945, Brigade 49 yang dipimpinan Brigjen A.W.S. Mallaby mendarat di Surabaya. Mereka bertugas untuk melucuti serdadu Jepang dan membebaskan para interniran. Kedatangan Mallaby disambut oleh R.M.T.A. Suryo (Gubernur Jawa Timur). Dalam pertemuan itu dihasilkan beberapa kesepakatan sebagai berikut.

  • Inggris berjanji bahwa di antara tentara Inggris tidak terdapat angkatan perang Belanda.
  • Disetujui kerja sama antara kedua belah pihak untuk menjamin keamanan dan ketenteraman.
  • Akan segera dibentuk Contact Bureau (Biro Kontak) agar kerja sama dapat terlaksana sebaik-baiknya.
  • Inggris hanya akan melucuti senjata Jepang.
Atas kesepakatan tersebut, maka Inggris diizinkan masuk kota Surabaya. Ternyata dalam praktiknya, Inggris tidak menepati janjinya. Pasukan Inggris justru berusaha menguasai Surabaya. Dalam salah satu insiden yang belum pernah terungkap secara jelas, Brigjen Mallaby ditemukan meninggal. Tanggal 9 November 1945, pimpinan tentara Sekutu di Surabaya mengeluarkan ultimatum kepada rakyat. Ultimatum dari pasukan Sekutu tersebut pada pokoknya berisi:
  • Tuntutan pertanggungjawaban pihak Indonesia atas terbunuhnya Mallaby;
  • Instruksi yang menuntut agar semua pemimpin dan orang-orang Indonesia yang bersenjata harus melapor. Mereka harus meletakkan senjatanya di tempat-tempat yang telah ditentukan;
  • Mereka harus menyerahkan diri dengan mengangkat tangan di atas.
  • Batas waktu ultimatum tersebut ialah jam 06.00 tanggal 10 November 1945.  
Ultimatum tersebut ditolak oleh para pemimpin dan rakyat Surabaya. Batas ultimatum akhirnya habis. Maka pecah pertempuran hebat antara pasukan Indonesia dan Inggris. Pertempuran sengit terjadi pada tanggal 10 November 1945. Pasukan Inggris yang dilengkapi dengan peralatan perang canggih menggempur para pejuang Indonesia. Dalam pertempuran yang tidak seimbang, Bung Tomo terus mengobarkan semangat rakyat supaya terus maju, pantang mundur. Peristiwa di Surabaya merupakan gambaran keberanian dan kebulatan tekad bangsa Indonesia untuk membela tanah air dan kemerdekaan. Sekarang peristiwa 10 November diabadikan sebagai Hari Pahlawan dan Tugu Pahlawan di tengah Kota Surabaya melambangkan keberanian dan semangat juang bangsa Indonesia.Pertempuran Surabaya - Pada tanggal 25 Oktober 1945, Brigade 49 yang dipimpinan Brigjen A.W.S. Mallaby mendarat di Surabaya. Mereka bertugas untuk melucuti serdadu Jepang dan membebaskan para interniran. Kedatangan Mallaby disambut oleh R.M.T.A. Suryo (Gubernur Jawa Timur). Dalam pertemuan itu dihasilkan beberapa kesepakatan sebagai berikut.
  • Inggris berjanji bahwa di antara tentara Inggris tidak terdapat angkatan perang Belanda.
  • Disetujui kerja sama antara kedua belah pihak untuk menjamin keamanan dan ketenteraman.
  • Akan segera dibentuk Contact Bureau (Biro Kontak) agar kerja sama dapat terlaksana sebaik-baiknya.
  • Inggris hanya akan melucuti senjata Jepang.
Atas kesepakatan tersebut, maka Inggris diizinkan masuk kota Surabaya. Ternyata dalam praktiknya, Inggris tidak menepati janjinya. Pasukan Inggris justru berusaha menguasai Surabaya. Dalam salah satu insiden yang belum pernah terungkap secara jelas, Brigjen Mallaby ditemukan meninggal. Tanggal 9 November 1945, pimpinan tentara Sekutu di Surabaya mengeluarkan ultimatum kepada rakyat. Ultimatum dari pasukan Sekutu tersebut pada pokoknya berisi:
  • Tuntutan pertanggungjawaban pihak Indonesia atas terbunuhnya Mallaby;
  • Instruksi yang menuntut agar semua pemimpin dan orang-orang Indonesia yang bersenjata harus melapor. Mereka harus meletakkan senjatanya di tempat-tempat yang telah ditentukan;
  • Mereka harus menyerahkan diri dengan mengangkat tangan di atas.
  • Batas waktu ultimatum tersebut ialah jam 06.00 tanggal 10 November 1945.  
Ultimatum tersebut ditolak oleh para pemimpin dan rakyat Surabaya. Batas ultimatum akhirnya habis. Maka pecah pertempuran hebat antara pasukan Indonesia dan Inggris. Pertempuran sengit terjadi pada tanggal 10 November 1945. Pasukan Inggris yang dilengkapi dengan peralatan perang canggih menggempur para pejuang Indonesia. Dalam pertempuran yang tidak seimbang, Bung Tomo terus mengobarkan semangat rakyat supaya terus maju, pantang mundur. Peristiwa di Surabaya merupakan gambaran keberanian dan kebulatan tekad bangsa Indonesia untuk membela tanah air dan kemerdekaan. Sekarang peristiwa 10 November diabadikan sebagai Hari Pahlawan dan Tugu Pahlawan di tengah Kota Surabaya melambangkan keberanian dan semangat juang bangsa Indonesia.



3. Pertempuran Lima Hari di Semarang




Pertempuran lima hari di Semarang ini berlangsung pada 15-20 Oktober 1945. Peristiwa ini dilatarbelakangi oleh larinya tentara Jepang yang akan dipindahkan dari Cepiring ke Bulu untuk selanjutnya bergabung bersama pasukan Jepang lainnya di Markas Kido Butai, Jatingaleh. 

Selain itu, pertempuran ini juga dipicu oleh kematian dr. Karyadi yang berawal penyerangan Jepang ke reservoir Siranda pada tanggal 14 Oktober 1945. Dari penyerangan tersebut tersebar berita bahwa Jepang telah meracuni reservoir yang merupakan sumber mata air masyarakat Semarang.

Pertempuran lima hari ini berlangsung di pusat kota Semarang dengan diselingi usaha gencatan senjata oleh Jenderal Nakamura dan Kasman Singodimejo. Sampai akhirnya Sekutu datang ke Semarang pada untuk meminta gencatan senjata dalam konferensi di Hotel Pavilion pada 20 Oktober 1945.

4. Pertempuran Ambarawa




Pertempuran di Ambarawa berlangsung sejak 12-15 Desember 1945 yang diawali tindakan Sekutu dan NICA (Nederlandsche Indische Civil Administration) yang mempersenjatai kembali tawanan perang. Di bawah pimpinan Kolonel Sudirman, TKR (Tentara Keamanan Rakyat) mengadakan koordinasi untuk melakukan pengepungan dan serangan serentak. Sampai akhirnya, pertempuran ini berakhir ketika TKR berhasil membuat Sekutu mundur dan lari hingga ke Semarang.

5. Pertempuran Medan Area

Pada 10 Desember 1945, Sekutu dan NICA melakukan serangan besar ke kota Medan yang pada saat itu dipertahankan oleh TKR Sumatra Timur di bawah pimpinan Achmad Tahir. Serangan tersebut mengakibatkan banyak korban berjatuhan sampai akhirnya di bulan April 1946, Sekutu berhasil menguasai Kota Medan dan mengusir Pemerintahan RI seperti Gubernur, TKR, dan Walikota untuk keluar dari Medan. 

6. Bandung Lautan Api

Salah satu peristiwa perjuangan mempertahankan kemerdekaan ialah Bandung Lautan Api. Sesuai namanya, pembakaran di Bandung ini dilakukan oleh penduduk dalam tujuan pengosongan kota dari pasukan AFNEI di bawah pimpinan Brigadir MacDonald pada 23 Maret 1946. Peristiwa Bandung Lautan Api dilatarbelakangi oleh beberapa tuntutan dan ketegangan saat pasukan AFNEI memasuki Bandung, yakni:

  • Sekutu menuntut penduduk Bandung menyerahkan semua senjata dari hasil pelucutan tentara Jepang.
  • Ultimatum Sekutu untuk mengosongkan Bandung Utara paling lambat tanggal 29 November 1945 dengan alasan keamanan rakyat.
  • Sekutu tanggal 23 Maret 1946 untuk mengosongkan Bandung Selatan

Pembakaran Bandung Lautan Api ini dipelopori oleh Kolonel A.H. Nasution yang bertujuan agar pasukan Sekutu tidak bisa menggunakan berbagai fasilitas, senjata, dan bangunan di Bandung sebagai bentuk pertahanannya.

7. Peristiwa Merah Putih di Manado

Dinamakan Peristiwa Merah Putih dikarenakan setelah sukses merebut tangsi militer Teling, para pemuda dan pejuang melakukan upacara bendera sebagai bentuk Indonesia telah merdeka dan siap menjaga dan mempertahankan kemerdekaan. Peristiwa Merah Putih di Manado terjadi pada 14 Februari 1946 yang dilakukan oleh pemuda setempat dan pejuang KNIL dalam mengusir kekuasaan NICA di wilayah tersebut.

Demikian pembahasan mengenai berbagai peristiwa dan perjuangan mempertahankan kemerdekaan di berbagai daerah Indonesia. Semoga Quipperian mendapatkan pengetahuan tambahan dari informasi bermanfaat mengenai topik sejarah tersebut melalui artikel ini, ya! 

0 Reviews