A. Berperilaku Santun
Apa arti Santun? dan Bagaimana sosial santun ?
Santun adalah berkata lembut serta bertingkah laku halus dan baik. Kesantunan seseorang akan terlihat dari ucapan dan tingkahnya. Ucapannya lemah-lembut, tingkah lakunya halus serta menjaga perasaan orang lain. Dari sini dapat diperoleh bahwa santunan mencakup dua hal, yaitu santunan dalam ucapan dan santunan dalam perbuatan. Allah SWT. love sikap santun sebagaimana tertuang dalam hadis berikut.
Artinya :
“Dari Ibnu Abbas, bahwa Nabi saw. Mengarahkan kepada Al Asyaj Al'Ashri: Sesungguhnya dalam dirimu terdapat dua sikap yang dicintai oleh Allah; yaitu sifat santun dan malu.” (HR Ibnu M a jah).
Mengapa Santun itu sangat penting ?
Sopan santun menjadi sangat penting dalam pergaulan hidup seharihari. Kita akan dihargai dan dihormati orang lain jika menunjukkan sikap sopan santun. Orang lain merasa nyaman dengan kehadiran kita. Sebaliknya, jika berperilaku tidak sopan, maka orang lain tak akan menghargai dan menghormati kita. Orang yang memiliki sopan santun berarti mampu menempatkan dirinya dengan tepat dalam berbagai keadaan. Sopan santun dapat diterapkan di mana saja dan kapan saja. Karena sopan santun merupakan perwujudan cara kita dalam bersikap yang terbaik.
Seperti apa contoh berperilaku Santun di Lingkungan Sekolah ?
Pergaulan sesama pelajar di sekolah akan harmonis dan indah jika dihiasi sikap santun. Misalnya, menyapa teman dengan ucapan “assalamu’alaikum” sambil tersenyum, menghormati kakak kelas dan menyayangi adik kelas dengan cara peduli kepada mereka, mematuhi tata tertib sekolah, menghormati Bapak/ Ibu guru dan staf tata usaha, bertutur kata lemah lembut kepada siapa saja serta menjaga perasaan warga sekolah dengan tidak menyakiti hatinya. Jika perilaku tersebut kalian lakukan, sungguh akan tercipta kehidupan sekolah yang aman, damai, dan membahagiakan. Suasana belajar akan sangat menyenangkan dan pada akhirnya prestasi kalian akan meningkat.
Bagaimana cara kita bersikap Santun kepada kedua Orang Tua kita ?
Seorang anak wajib menghormati dan menyayangi kedua orangtua. Bentuk hormat dan sayang kita kepada orangtua, di antaranya dengan bertutur kata santun kepada keduanya. Semua nasihat orangtua harus ditaati sepenuh hati, karena mereka telah merawat dan mendidik kita sejak kecil. Terlebih seorang ibu, sungguh jasanya tak ternilai. Mulai dari mengandung, melahirkan, merawat, dan membesarkan anak-anaknya dengan penuh kasih sayang. Demikian pula seorang ayah, bekerja keras mencari nafkah demi kelangsungan hidup keluarga. Ingatlah, bahwa kerelaan atau rida Allah Swt. adalah rida orangtua. Oleh karena itu, sikap santun harus kita tunjukkan untuk menghormati keduanya.
Jika di rumah kalian memiliki pembantu, apakah ia juga harus diperlakukan dengan santun ?
Seorang pembantu juga harus
diperlakukan dengan santun. Berikut ini adalah kisah yang menunjukkan bagaimana
Nabi Muhammad saw. memperlakukan pembantunya:
Sikap sopan dan santun juga harus ditunjukkan dalam pergaulan di masyarakat. Sebagai makhluk sosial kita selalu membutuhkan orang lain. Oleh karena itu, orang lain harus diperlakukan dengan baik. Orang lain yang dimaksud di sini adalah sahabat, teman, dan tetangga. Khusus terhadap tetangga, Rasulullah saw. mengajarkan kepada kita untuk memuliakan mereka. Ketika keluarga kita sedang kesusahan tetanggalah yang akan membantu kita. Kita hormati serta laksanakan hak dan kewajiban tetangga. Jangan kita sakiti mereka dengan tingkah laku buruk dan perkataan kotor.
Allah Swt. memerintahkan agar bertutur
kata yang baik kepada sesama manusia, sebagaimana Firman Allah Swt. Q.S. al-Baqarah ayat 83.
Artinya :
“Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil, “Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat-baiklah kepada kedua orangtua, kerabat, anak-anak yatim, dan orangorang miskin. Dan bertuturkatalah yang baik kepada manusia, laksanakanlah salat dan tunaikanlah zakat.” Tetapi kemudian kamu berpaling (mengingkari), kecuali sebagian kecil dari kamu, dan kamu (masih menjadi) pembangkang.” (Q.S. al-Baqarah/2:83).
Melalui ayat tersebut Allah Swt. memerintahkan kepada kita untuk bertutur kata yang baik kepada manusia. Teman, kerabat, keluarga, Bapak/Ibu guru, dan orangtua wajib diperlakukan dengan baik. Berkata dan berperilaku santun kepada mereka akan membuat harga diri kita meningkat. Kita akan dihargai dan dihormati ketika kita juga menghormati orang lain. Ibarat sedang bercermin, ketika kita tersenyum maka bayangan yang ada di cermin akan tersenyum kepada kita. Sebaliknya kalau kita cemberut, maka bayangan yang ada di cermin juga akan cemberut kepada kita. Sejatinya kalau kita bersikap baik kepada orang lain, sesungguhnya perbuatan baik itu akan kembali kepada diri kita sendiri. Sebaliknya, ketika kita bersikap buruk kepada orang lain, sesungguhnya perbuatan itu akan kembali kepada diri sendiri.
Apa dampak Negatif, Jika kita tidak memiliki sikap Santun ?
Banyak peristiwa perkelahian dipicu dari perbuatan yang tidak santun dalam bergaul, seperti perkataan kotor dan saling menghina. Jika ada orang mengejek dan menghina
kita, sebaiknya kita menahan diri. Kita sikapi dengan bijaksana, sabar dan
penuh kehatihatian. Jika kita terpancing oleh amarah, kita akan rugi. Hidup
menjadi tidak nyaman, khawatir dan gelisah akan menghampiri kita. Untuk lebih
memahami sikap santun ini mari kita perhatikan contoh berikut ini:
Apa manfaat memiliki Sikap Santun ?
Banyak manfaat yang bisa diperoleh dari
sikap santun, di antaranya:
a) Mudah
diterima oleh orang lain. Sikap santun akan menjadikan seseorang disenangi
orang lain, sehingga mudah diterima oleh orang lain.
b) Menunjang
kesuksesan. Banyak pengusaha sukses ditunjang oleh sikap santun yang
ditunjukkannya. Pembeli, pelanggan, karyawan dan rekan sejawat akan senang
bergaul dengannya. Relasinya bertambah banyak, sehingga akan menambah
kesuksesannya.
c) Dicintai Allah Swt. dan Rasul-Nya. Allah Swt. mencintai hamba-Nya yang memiliki sikap santun. Rasulullah saw. juga demikian, bahkan beliau juga memiliki sikap lemah lembut dan santun yang luar biasa.
B.
Perilaku
Malu
Malu dalam hala apa ?
Maksud malu dalam pembahasan materi ini adalah Malu untuk berbuat buruk. sehingga mampu bersikap menahan diri dari perbuatan jelek, kotor, tercela, dan hina. Sifat malu itu terkadang merupakan sifat bawaan dan juga bisa merupakan hasil latihan. Namun demikian, untuk menumbuhkan rasa malu perlu usaha, niat, ilmu serta pembiasaan.
Benarkah sikap Malu itu sebagian dari Iman ?
Rasa malu merupakan bagian
dari iman karena dapat mendorong seseorang untuk melakukan kebaikan dan
mencegahnya dari kemaksiatan. Mari kita perhatikan hadis berikut ini :
Artinya :
Dari Abu Hurairah dari Nabi saw., beliau bersabda: “Iman adalah
pokoknya, cabangnya ada tujuh puluh lebih, dan malu termasuk cabangnya iman.”
(H.R. Muslim).
Hadis di atas menegaskan bahwa malu
merupakan salah satu cabang iman. Seseorang malu untuk mencuri bila ia beriman,
malu berdusta bila ia beriman. Seorang wanita malu membuka atau menunjukkan
auratnya jika ia beriman. Jika sifat malu berkurang dan mulai luntur maka
pertahanan
diri dalam menghadapi godaan nafsu mulai menipis. Malu merupakan salah satu benteng pertahanan seseorang dalam menghindari perbuatan maksiat. Malu juga merupakan factor pendorong bagi seseorang untuk melakukan kebaikan.
Selama rasa malu masih terpelihara dengan baik, maka seseorang akan hidup dalam kebaikan. Ia akan memiliki kekuatan dalam berbuat kebaikan dan menolak kemaksiatan. Seorang pejabat yang memiliki rasa malu akan melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab dan bebas dari korupsi. Seorang pelajar akan percaya diri dalam mengerjakan soal ulangan tanpa menyontek karena didasari rasa malu. Seorang pedagang akan malu berbuat curang karena merasa dilihat Allah Swt. Seorang polisi akan malu menerima suap dari pelanggar rambu lalu lintas. Aparat penegak hukum seperti hakim dan jaksa akan malu menerima suap dari tersangka karena ia takut azab dari Allah Swt. Seorang pria dan wanita akan berpakaian menutup aurat karena menjaga harga diri dan kehormatannya. Mereka semua terhindar dari perbuatan dosa dan maksiat karena adanya rasa malu dalam diri mereka.
Apa dampak negatif jika seseorang tidak punya sikap rasa Malu ?
Sebaliknya, apabila seseorang tidak lagi memiliki rasa malu maka ia akan hidup dalam keburukan. Begitu hilang rasa malunya maka hilang pula kepribadiannya sebagai seorang muslim. Ia akan terbiasa berbuat dosa, baik sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Jika seorang pria maupun wanita tidak punya rasa malu, ia akan mengumbar auratnya. Seorang pejabat yang tidak punya rasa malu akan menggunakan kekuasaanya untuk menindas rakyat guna memperkaya diri. Seorang pedagang yang tidak punya rasa malu, ia akan membohongi pembelinya, barang jelek dikatakan bagus, barang murah dikatakan mahal. Jika seorang pelajar tidak punya sifat malu, ia dengan mudahnya berkata kotor, menyontek, memperolok-olok teman sendiri. Sungguh, dengan tidak adanya rasa malu ini maka bencana moral dan kerusakan akhlak akan merajalela.
Pesan untuk Generasi Muda !
Wahai generasi muda Islam yang cerdas, ketahuilah bahwa malu bukan berarti tidak percaya diri, minder atau merasa rendah diri. Misalnya, seseorang malu berjilbab karena takut diejek teman-temannya, atau malu karena mendapat giliran maju presentasi di depan kelas. Terhadap hal-hal yang baik dan positif kalian tidak boleh malu. Malu seperti itu tidaklah tepat. Rasa malu haruslah dilandasi karena Allah Swt. bukan karena selain-Nya. Pada saat kita malu berbuat sesuatu tanyalah kepada hati kita: “Apakah malu inimkarena Allah Swt. atau bukan?” Jika bukan karena Allah Swt. bisa jadi halmitu adalah sifat malas, minder, atau rendah diri. Sifat malas, minder atau rendah diri merupakan perilaku tercela yang harus dihindari.
Tahukah kalian dari mana sebenarnya sumber rasa malu ?
Malu berasal dari keimanan dan pengakuan akan keagungan Allah Swt. Rasa malu akan muncul jika kita beriman dan menghayati betul bahwa Allah Swt. itu Maha Kuasa atas segala sesuatu. Allah Swt. Maha Melihat, Maha Mengetahui dan Maha Mendengar. Tidak ada yang bisa kita sembunyikan dari Allah Swt. Semua aktivitas badan, pikiran dan hati kita semua diketahui oleh Allah Swt.
Mari kita perhatikan contoh sifat malu berikut ini !
Ada beberapa manfaat dari sifat malu, di antaranya:
a)
Mencegah
dari perbuatan tercela. Seorang yang memiliki sifat malu akan berusaha sekuat
tenaga menghindari perbuatan tercela, sebab ia takut kepada Allah Swt.
b) Mendorong
berbuat kebaikan. Rasa malu kepada Allah Swt. Akan mendorong seseorang berbuat
kebaikan. Sebab ia tahu bahwa setiap perbuatan manusia akan dibalas oleh Allah
Swt. di akhirat kelak.
c) Mengantarkan seseorang menuju jalan yang diridai Allah Swt. Orang-orang yang memiliki rasa malu akan terus melaksanakan perintah Allah SWT. dan larangan-Nya.