A. Memahami Perilaku Jujur
Setiap orang mendambakan keluarga harmonis dan penuh ketenangan. Kehidupan keluarga akan harmonis jika masing-masing anggota keluarga saling menghargai dan berperilaku jujur. Kejujuran dalam keluarga merupakan pondasi awal bagi kelangsungan kehidupan di masyarakat. Masing-masing anggota keluarga berperilaku jujur satu sama lain, dalam arti berkata apa adanya dan sesuai kenyataan. Orang tua berkata jujur kepada anak-anaknya. Demikian pula anak berkata jujur kepada orang tua.
Bisa dibayangkan apa yang terjadi jika masing-masing anggota keluarga tidak jujur ?
Jika terjadi saling tidak jujur Tentu akan terjadi pertengkaran dan perselisihan. Benih permusuhan akan muncul dari perilaku tidak jujur. Anggota keluarga, baik itu ayah, ibu, adik maupun kakak memiliki hak dan tanggung jawab masing-masing. Mereka butuh kerjasama dan kekompakan dari masing-masing anggota keluarga. Kerjasama dan kekompakan ini dapat terwujud jika masing-masing berperilaku jujur. Sebagai anak yang saleh tentu kalian menginginkan kehidupan keluarga yang harmonis. Oleh karena itu biasakanlah berperilaku jujur mulai dari rumah.
Berperilaku jujur di sekolah sama pentingnya dengan berperilaku jujur di rumah. Seorang peserta didik hendaknya jujur kepada bapak ibu guru, karyawan dan teman di sekolah. Kejujuran peserta didik pada saat mengerjakan ulangan akan sangat membantu bapak ibu guru dalam mengevaluasi hasil pembelajaran. Berperilaku jujur kepada teman disekolah maka akan terjalin hubungan harmonis.
Semua anggota masyarakat akan hidup rukun dan damai jika masing-masing menjunjung tinggi kejujuran. Sebaliknya, ketidakjujuran akan berakibat konflik antar anggota masyarakat. Konflik yang terjadi ditengah-tengah masyarakat merupakan bencana sosial yang menakutkan. Karena hal ini bisa meluas menjadi tawuran antar warga. Sungguh, semua ini tidak dikehendaki bersama.
Kejujuran harus diutamakan dalam setiap pergaulan, baik dirumah, sekolah maupun masyarakat. Kerugian akibat ketidakjujuran akan dirasakan oleh diri sendiri dan orang lain. Seseorang yang tidak jujur akan sulit mendapat kepercayaan dari orang lain. Sementara orang lain yang pernah dibohongi akan merasa kecewa dan sakit hati. Kepercayaan tidak bisa dibeli dengan uang. Kepercayaan akan muncul jika seseorang jujur.
Sebagai contoh, seorang yang jujur biasanya akan dipilih menjadi bendahara. Tugas bendahara sungguh sangat berat, karena harus mencatat dan membukukan keuangan dengan benar dan jujur. Setiap tugas dan kewajiban yang dilaksanakan dengan sebaik-baiknya pasti akan mendapat balasan dari Allah Swt berupa pahala. Dalam sebuah hadits riwayat Muslim, Rasulullah Saw bersabda :
B. Memahami Perilaku Adil
Adil berarti memberikan hak kepada
orang yang berhak menerimanya, meletakkan segala urusan
pada tempatnya. Orang yang adil adalah orang
yang memihak kepada kebenaran, bukan berpihak karena pertemanan, persamaan
suku, maupun bangsa.
Ajaran Islam menjunjung tinggi azas keadilan.
Hal ini bisa difahami karena Islam membawa rahmat bagi seluruh alam (rahmatan
lil ‘alamin). Oleh karena itu setiap muslim wajib menegakkan keadilan dalam
posisi apapun. Apalagi seorang muslim yang menjadi polisi, jaksa, hakim atau
aparat hukum lainnya harus menegakkan keadilan tanpa memandang suku, agama,
status sosial, pangkat maupun jabatan. Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin akan
terwujud apabila setiap muslim menegakkan keadilan. Dalam sebuah hadits riwayat
Nasa’i, Rasulullah Saw bersabda:
Allah Swt menegaskan bahwa kebencian terhadap suatu golongan, atau individu, janganlah menjadi pendorong untuk bertindak tidak adil. Ini menjadi bukti bahwa Islam menjunjung tinggi keadilan. Rasa benci kepada seseorang atau suatu golongan menjadi pintu masuk setan untuk menjerumuskan manusia kedalam lubang kehancuran. Bisa dibayangkan betapa sulinya ketika harus berbuat adil kepada orang atau golongan yang kita benci. Meskipun sulit, karena ini perintah agama maka harus dilaksanakan.
Adil bukan berarti harus sama rata.
Misalnya, ada orang tua memiliki tiga orang anak. Masing-masing masih duduk
dibangku Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Perguruan Tinggi
(PT). Orang tua yang adil akan memberikan uang saku dengan jumlah berbeda
karena kebutuhan mereka berbeda. Justru tidak adil jika orang tua tersebut
memberikan uang saku dengan jumlah sama.